2012-03-08

Chapter 2: The Princess

Sudah hampir 2 bulan berlalu semenjak untuk pertama kalinya Fandi menginjakan kakinya di kelas 2 SMP salah satu SMP terfavorit di daerah Cikarang. Kesehariannya di sekolah sebenarnya biasa saja, terlebih lagi semenjak untuk pertama kalinya dia menyukai seseorang ketika masih kelas 1 dulu. Sayang kisahnya tidak berakhir baik sampai akhir nya dia berusaha untuk mencari tambatan hati yang lain.

Siang itu panas seperti biasanya, sebenarnya memang di daerah Cikarang ini cuaca tidak pernah sejuk juga sih. Kebetulan pada saat pelajaran Fisika hari itu Bu Yeyen tidak hadir di kelas, dan keadaan kelas agak ribut.

"Hey, gimana persiapan kita nih? Bentar lagi ada 17-an loh, kalian tau kan nanti bakalan banyak ada lomba?" Teriak Fajri dari sudut kelas yang berada dekat pintu masuk.
"Oh iya oh iya, katanya ada lomba makanannya juga loh. Asik kali!" Teriak Adi si ketua kelas membantu menenangkan suasana kelas yang masih ribut.
"Ada lomba menghias kelas juga loh! Ayolah, masa 8.2 ga mau menang? Di kelas kita kan banyak yang jago gambar." tambah Fajri.

Akhirnya suasana kelas mulai tenang. Fandi tidak terlalu mempedulikan apa yang bakal kelas ini lakukan ketika 17 Agustus nanti, pikirannya hanya terpusat pada blackberry nya yang terus digenggamnya. Memang Fandi merupakan seseorang yang tidak pedulian, tapi seringkali kalau ada event yang seperti ini dia selalu bersemangat sekali. Hanya kali ini saja, dia tidak henti-hentinya memandangi timeline dari teman yang sudah dikenal dan disukainya semenjak semester 2 kelas 1 SMP, Putri.

Suasana kelas semakin bersemangat membicarakan berbagai rencana apa saja yang ingin dilakukan untuk memenangkan perlombaan yang diadakan sekolah hari itu. Memang sebenarnya 17 Agustus kurang lebih masih sekitar 3 hari lagi, tapi seperti biasanya, kelas 8.2 selalu tidak mau kalah dan ketinggalan. Kenapa demikian? Karena kebanyakan perlombaan yang diadakan oleh sekolah seringkali dimenangkan oleh anak-anak kelas 8.1 yang merupakan kelas favorit yang terdiri dari anak-anak paling pintar dan rajin seangkatan, sementara sebagian besar anak-anak yang berada di kelas ini adalah orang-orang kreatif dan cerdas tapi malas, termasuk Fandi.

Siang itu pelajaran berakhir, tidak ada yang benar-benar spesial hari itu kecuali tentang pembicaraan mengenai bagaimana persiapan untuk 17an nanti. Beberapa anak 8.2 akhirnya memutuskan untuk tinggal di kelas hingga sore untuk mempersiapkan aksesoris dan atribut-atribut yang akan di pasang di kelas, sementara sebagian besar anak perempuan tetap tinggal untuk bersih-bersih.

Sesaat sebelum pulang ternyata Putri datang ke sebelah meja Fandi.
"Eh Fan, gue boleh minta tolong enggak?"
Mengingat betapa bodohnya Fandi dalam menghadapi wanita yang disukainya, Fandi dengan agak salah tingkah menjawabnya sambil buru-buru menyimpan blackberry di kantungnya.
"Eh-eh iya Put, kenapa?"
"Bisa bantuin ngangkat-ngangkat kursi ga? Pindahin ke atas meja biar gampang di bersihin"
"Eh iya, bentar ya, gue beberes dulu."
"Okee thank you ya fan!"
Putri langsung pergi ke belakang mencari sapu yang masih tersisa. Setelah berpikir sejenak, akhirnya Fandi memutuskan untuk tidak pulang mengingat mungkin dia bisa menghabiskan waktu bersama Putri hari itu.

Fajri yang merupakan wakil ketua kelas membantu mengkoordinir kelas untuk kegiatan bersih-bersih hari itu sambil membuat list barang-barang apa saja yang akan dibutuhkan untuk menghias kelas. Sebenarnya, diantara semua orang yang ada di kelas waktu itu tidak ada yang tahu kalau sebenarnya Fandi sudah menyukai Putri semenjak cukup lama, kecuali Fajri, teman sebangku Fandi. Sesaat setelah itu Fajri membantu mengangkat-ngangkat kursi di sebelah Fandi.

"Eh Fan, gimana? Lo udah lama kan suka sama dia? Kapan akhirnya lo bakal nembak dia?" tanya Fajri
"Gatau deh, lo tau sendiri kan gimana gue pas kelas 1 dulu."
"Yaelah, masih lo pikirin aja. Cuek aja sih, coba aja yang sekarang. Semakin lama lo nunggu semakin jauh dia dari lo"
"Ya tapi gimana gue bisa tau dia juga suka sama gue apa enggak"
"Ya lo tinggal bikin dia suka sama lo aja, liat gue sama Dean"
"Yeh itu mah dia emang udah suka sama lo kali"
"Sama aja sih, coba aja tanya-tanya dulu, gue panggilin ya."
"Eh gila lo! Jangan!" Fandi berusaha menghalangi dan memegangi Fajri, tapi terlambat.

"Put, Put! Ini Fandi mau ngomong sesuatu sama lo"
Puput yang sedang menyapu seketika langsung menoleh dan mendatangi mereka berdua yang sedang sangat aneh.
"Kenapa Fan?" Tanya Putri sambil menggenggam sapu.
"Ehm.. Enggak.. Gatau nih si Fajri ga jelas." Jawab Fandi sambil menunjuk-nunjuk Fajri.
"Gue tinggal dulu yah." Fajri langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

Setelah berpikir sapu adalah alat yang cukup keras untuk memukul, Fandi akhirnya mengurungkan niatnya untuk menembak Putri pada saat itu.
"Wah gila lo, ga sekarang juga kali. Bangke" Ketik Fandi dalam bbm nya ke Fajri.
Seketika itu ternyata langsung di balas oleh Fajri.
"Basa-basi aja dulu, kaku amat lo.
Katanya dia punya catering."
Akhirnya Fandi memutuskan untuk mengajaknya mengobrol
"Eh sapunya dapet darimana?"
"Dari gudang Fan, kenapa? Mau ikutan nyapu?"
"Enggak kok.. eh iya, katanya di rumah lo bisa Laundry ya?"
"Hah? Laundry? Sejak kapan? Gue ada nya catering."
"Oh iya catering maksud gue.. Bisa dipesen buat yang prasmanan prasmanan itu ga entar pas 17an"
"Oh... bisa kok, ntar gue bilang nyokap gue, oh iya, mau bantuin bersihin jendela?"
"Hmm.. bersihin jendela? Oke deh.."

Akhirnya mereka berdua membersihkan jendela bersama, hingga agak cukup sore, yang lain sudah datang membawa atribut-atribut seperti bendera merah putih, balon, kertas krep, tali, dan lain sebagainya. Fandi sangat senang bisa terus menerus menghabiskan waktunya bersama dengan Putri. Sampai sudah cukup sore Fandi sedang berhadap-hadapan dengan Putri satu meja berduaan sambil memasukan tali ke dalam bendera merah putih plastik. Tiba-tiba Ajeng, teman sekelompok Fandi sewaktu kelas 1 dulu, bersama teman-teman yang lain datang dari dalam kelas sehabis memasang balon dan poster di dalam kelas.

"Eh Put, udah jadi lagi belom benderanya? Sini gue pasangin lagi." Tanya Ajeng
"Belom-belom, minta sama Fandi tuh, dia udah kayanya. Lo lagian ngapain sih? Kenapa lo yang masang coba. Kaya bukan cewek aja lo." Jawab Putri tanpa melihat ke arah Ajeng sama sekali, berkonsentrasi dengan benderanya
"Yaelah woles ajaa. Eh Fan, lo udah belom?" Tanya Ajeng sambil memandangi Fandi, sampai tiba-tiba dia setengah berteriak
"EH FAN LO SUKA SAMA PUTRI YA?" celetuk Ajeng

Tanpa disadari Fandi langsung kaget mendengar kalimat itu. WAH SIALAN. KOK BISA KETAUAN?! Teriak Fandi dalam hati. Saat itu juga Fandi menjadi salting.
"Cieeee, masa mukanya si Fandi merah." teriak Dita dari belakang.
Akhirnya untuk mengalihkan perhatian Fandi langsung menawarkan bantuan.
"Eh ini udah nih benderanya, sini gue pasangin, mau dipasang dimana?" Fandi langsung pergi masuk ke kelas tanpa sempat melihat bagaimana ekspresi Putri pada saat itu.
Akhirnya Ajeng masuk kelas sendirian dan bertanya pada Fandi.
"Lo beneran suka sama Putri? Padahal gue bercanda doang loh."
Fandi diam saja tidak berkomentar, sampai akhirnya Ajeng berbicara lagi
"Putri kan deket sama Rafif kali Fan, lo yakin?"
"Enggak tau deh, terserah lo aja Jeng."

Beberapa saat setelah itu Dita masuk ke dalam kelas bersama dengan Fajri dan Dean. Fajri yang baru datang dari membeli kertas krep tambahan yang kurang langsung memberikannya belanjaannya kepada Ajeng. Sementara Dean meletakkan vas bunga hiasan buatannya ke atas meja guru.
"Apaan lagi nih?"
"Liat aja sendiri, tadi kan lo sendiri yang minta." Jawab Fajri sambil menyodorkan plastik belanjaannya.
"Oh iya, bentar"

Kemudian, tiba-tiba Bu Sheli datang masuk ke dalam kelas
"Hey Rafif, udah mulai sore ini, hias-hiasan kelas kamu di simpan dulu saja, besok dilanjutkan lagi"
"Eh kok Rafif bu, Rafif kan 8.1, saya Fajri"
"Eh iya maksud ibu itu kamu Fajri. Dibereskan dulu, jangan terlalu di sekolah. Aduh kamu tuh mirip yah sama Rafif"
Kalimat itu agak aneh mengingat Rafif sama sekali tidak mirip dengan Fajri dari segi manapun. Sampai terdengar suara Dita yang melengking.
"Cieee ada yang jealous tuh" celetuk Dita

Sesaat setelah itu, Bu Sheli pergi meninggalkan kelas, dan Putri masuk ke dalam kelas untuk mengambil tas dan segera pulang, sementara yang lain juga bersiap-siap untuk beberes, sementara Fandi masih saja terdiam. Mereka tidak sempat berbicara satu sama lain, walau sebelum pulang Putri sempat tersenyum kepadanya. Akhirnya semuanya bersiap untuk pulang, Fandi yang terakhir, sampai sebelum pulang Fajri sempat menepuk pundak Fandi.

Akhirnya malamnya Putri sms-an dengan Fandi, pembicaraan mereka cukup menyenangkan walau akhirnya Fandi memilih untuk melupakannya.

baru inget cerita ini ga ada twistnya-_-

Tidak ada komentar :

Posting Komentar